Editor : Ahmad Muttaqin
Istilah generasi milenial sudah sering kita dengar, atau istilah generasi X, Y, Z juga sudah sering kita dengar. Namun saat ini ada istilah baru yang berhubungan dengan sebuah istilah untuk menyebut suatu generasi.
Istilah terbaru itu adalah generasi sandwich.
Apa itu generasi sandwich?
Kalian pasti tau kan apa itu sandwich. Ya sandwich adalah 2 buah roti yang di tengahnya ada berbagai macam sayuran, daging, keju maupun sosis.
Seperti analogi di atas, generasi sandwich (sandwich generation) merupakan sebuah istilah bagi generasi yang terhimpit secara finansial untuk mencukupi kebutuhan pihak atas dan pihak bawah, dan bukan hanya dirinya saja (anggapan bahwa mereka harus menghidupi orang tuanya serta keturunannya kelak).
Istilah sandwich generation atau generasi sandwich pertama kali dikemukakan oleh pekerja sosial bernama Dorothy Miller pada 1981.
Gampangnya adalah generasi yang harus mendukung (mengurus) secara finansial dua generasi sekaligus yaitu anak-anak dan orangtua (Eko P. Pratomo: 50 Financial Wisdom).
Memang sih kalau di adat tertentu menanggung finansial orang tua merupakan suatu kebanggan tersendiri namun dengan catatan kalau kondisi finansial kita bagus. Bagaimana kalau kondisi keuangan tidak mendukung? Besar kemungkinan akan ada konflik di antara suami dengan istri, atau dengan anak atau bahkan dengan orang tua.
Pertanyaan berikutnya tentu mengapa ada generasi sandwich?
Generasi ini muncul karena pengelolaan uang yang amburadul generasi orang tua di kala masih bisa mencari nafkah. Saat masih muda mereka tidak mengelola keuangan mereka dengan bijaksana sesuai prioritas sehingga di hari tuanya justru menjadi beban untuk generasi sandwich. Padahal, generasi sandwich juga harus memenuhi kebutuhan keluarga beserta anak-anaknya.
Menurut Psikolog Nadya Pramesrani, M. Psi, Psi, ada dua masalah yang sering terjadi pada generasi sandwich, yaitu finansial dan psikologi.
Kondisi psikologis bisa dilihat dari perubahan fisik seperti banyaknya uban, keriput, gelambir pada perut, hal ini menunjukkan pelaku generasi sandwich sangat stress.
Stress yang dialami generasi sandwich ini terjadi karena kita dituntut untuk berpikir lebih keras lagi seperti memikirkan anak mulai masuk sekolah, mengurusi rumah tangga, atau anak beranjak remaja, sedangkan kita juga masih harus memikirkan orangtua. Sedangkan dalam pekerjaan, karir sedang meningkat atau justru menurun.
Apalagi ketika ekonomi ke bawah, orang tua kita perdayakan untuk menjaga anak agar tidak keluar uang lagi, padahal orangtua harus sudah istirahat. Gaji tidak banyak tapi kita harus menghidupi seluruh anggota keluarga. Secara fisik dan psikologis pelaku sandwich generation mudah sekali sakit.
Apa Masalah Yang Menghantuinya?
Dengan adanya beban finansial untuk menanggung 2 generasi, maka umumnya generasi sandwich ini akan mengalami 2 hal berikut
1. Fokus terbelah
Ada 2 generasi yang ditanggung oleh generasi sandwich. Dan fokuspun akan mudah terbelah untuk menyiasati generasi mana yang seharusnya diprioritaskan lebih dulu.
2. Mudah stres
Generasi sandwich kemungkinan besar akan mudah mengalami stres. Seperti diungkapkan oleh Nadya Pramesrani, bahwa generasi sandwich ini akan “berperang” untuk memikirkan pendidikan anak, membangun rumah, menggapai karir atau jabatan. Di sisi lain juga harus memperhatikan kesehatan orang tua.
3. Kondisi finansial tidak stabil
Menanggung 2 generasi jelas akan berpengaruh dengan finansial. Jika memang kondisi finansial sudah bagus dan stabil, problem no 3 ini relatif bisa dikendalikan. Namun jika kondisi finansial masih lemah dan diharuskan untuk menyiapkan biaya sekolah, menyiapkan dana darurat untuk kondisi kesehatan orang tua jelas bisa menyebabkan kondisi finansial berantakan.
Itulah tentang generasi sandwich dan permasalahan yang menghantuinya.
Sumber :
1. https://www.hipwee.com/list/apa-itu-generasi-sandwich/
3. https://www.moneysmart.id/mengenal-sandwich-generation-bisa-jadi-kamu-salah-satunya/