Bagi para investor di dunia saham, nama Lo Kheng Hong menjadi daftar teratas orang yang menjadi panutan dalam berinvestasi.
Kesabaran dalam menentukan timing jual dan beli, ketelitian dalam memilih saham jelas menjadi acuan.
Berikut ini cerita Pak Lo Kheng Hong yang ITSTIME.ID rangkum dari berbagai sumber. Sumber tertera di akhir artikel.
Lo Kheng Hong lahir di Jakarta 20 Februari 1959. Beliau adalah seorang investor beraliran value investor sehingga dijuluki sebagai Warren Buffett-nya Indonesia .
Ia berpendapat bahwa menjadi seorang investor saham itu bisa membuat kaya, meskipun dia tidur saja, karena dia punya perusahaan publik yang harga sahamnya selalu meningkat dan menghasilkan laba besar.
Sebelum benar-benar terjun di dunia saham secara full, Lo Kheng Hong merupakan pegawai tata usaha di bank PT Overseas Express Bank (OEB) tahun 1979. Tahun 1989 merupakan pertama kalinya Lo Kheng Hong berinvestasi saham dengan membeli saham PT Gajah Surya Multifinance. Setelah bekerja selama 17 tahun, ia berhenti bekerja di bank dan berkonsentrasi penuh menjadi seorang investor saham.
Dalam kesehariannya Lo Kheng Hong menerapkan 3 prinsip yaitu Reading, Thinking dan Investing.
Ada 5 kriteria dari Lo Kheng Hong dalam memilih perusahaan yaitu :
1. Lihat manajemennya apakah dikelola orang yang jujur, profesional, berintegritas, dan dikagumi.
2. Perhatikan usahanya. Di masa depan akan seperti apa bisnis itu?. Kita bisa lihat masa lalunya dalam jangka panjang misalnya 5-10 tahun ke belakang.
3. Cari perusahaan yang labanya besar melalui profit margin dan ROE.
4. Pilih perusahaan yang terus bertumbuh dalam jangka panjang.
5. Cermati valuasi dari PER (price earning ratio) atau PBV (price to book value), bandingkan dengan kompetitornya. Belilah yang murah. Kesempatan emas untuk membeli saham bagus dengan harga murah tentu saja di tengah kondisi krisis. Ikuti prinsip Warren Buffett, be greedy when the others are fearful.
Dalam berinvestasi, saya berusaha membeli perusahaan yang bagus di harga murah dan saya simpan.

Inilah saham-saham yang saat ini atau pernah dibeli oleh Lo Kheng Hong :
PT Gajah Surya Multifinance
Saham ini merupakan saham pertama kali yang dibeli oleh Lo Kheng Hong dan ternyata langsung merasakan pahitnya menelan rugi. Ketika dicatatkan perdana di Bursa Efek, saham itu malah jeblok harganya. Terpaksa Lo Kheng Hong menjualnya dalam posisi rugi atau cutloss.
PT Astra Graphia Tbk
PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk (MBAI)
Saat itu harga perusahaan ternak ayam terbesar kedua di Indonesia ini baru Rp 250 per saham. Lo Kheng Hong mengumpulkan pelan-pelan sahamnya sampai akhirnya mempunyai 8,29% saham dan dijual saat harganya Rp 31.500, atau naik sebesar 12.600%.
PT Timah Tbk (TINS)
Lo Kheng Hong membeli di tahun 2002 seharga Rp 285. Dalam dua tahun harganya naik ke Rp 2.900.
PT United Tractors Tbk (UNTR)
Harga saham UNTR saat dibeli harganya Rp 250. Padahal, laba operasi per sahamnya sudah 7.800.
Pada tahun 2004 saham UNTR yang dimiliki dijual di harga Rp 1.350, tapi ini harga sesudah stock split. Kalau dihitung itu kira-kira setara Rp 15.000, jadi untung sekitar 6.000%.
PT Gadjah Tunggal Tbk (GJTL)
PT Indika Energy Tbk (INDY)
Saham INDY mulai dikoleksi di harga Rp110, lalu meningkat menjadi Rp650an setelah 6 bulan.
PT Bumi Resources Tbk (BUMI)
Ada kabar yang mengatakan bahwa Lo Kheng hong membeli saham BUMI di kisaran harga Rp 1000 dan terus melakukan average down hingga harga BUMI hanya Rp 50. Rata-rata harga saham BUMI milik Lo Kheng Hong Rp 300. Di tahun 2017 harga saham BUMI menyentuh Rp500an dan Lo Kheng Hong menjualnya.
PT. Panin Financial Tbk (PNLF)
Lo Kheng Hong pernah memiliki 850 juta lembar saham PT Panin Financial Tbk (berkode PNLF). Saham PNLF ini dibeli di harga Rp 100 dan 1,5 tahun kemudian dijual di harga Rp 260. Setelah itu, harganya masih naik lagi ke Rp 300.
PT. Rig Tenders Indonesia Tbk (RIGS)
Di tahun 1993, Lo Kheng Hong membeli saham RIGS di Rp 800. Tidak sampai setahun, harga saham itu langsung naik, dan dijual di Rp 1.350.
PT Charoen Pokphan Tbk (CPIN)
Saham CPIN dibeli di harga Rp400, lalu meningkat menjadi Rp3.725 atau untung 9 kali lipat lebih.
PT Polychem Indonesia Tbk (ADMG),
PT Japfa Comfeed Tbk (JPFA),
PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK)
LKH membeli saham PT. Lippo Cikarang, Tbk (LPCK) sekitar awal Juni 2011 di harga Rp600. LKH menjual semua saham LPCK pada harga Rp2.400, dan meraup keuntungan 300 persen dalam waktu 8 bulan. Total keuntungan yang dinikmati LKH dari investasi 16 juta saham LPCK adalah Rp29 milyar.
PT Petrosea Tbk
PT Global Mediacom Tbk. (BMTR)
PT Mitrabahtera Segara Sejati (MBSS)
Main saham itu juga bukan perkara hoki. Tuhan itu maha pengampun, tapi bursa saham tidak punya belas kasihan pada orang yang tidak tahu apa yang dia beli.
Itulah saham-saham yang pernah dibeli oleh Lo Kheng Hong (Di antaranya masih disimpan saat artikel ini ditulis)
Ketika ditanyakan instrumen lain untuk investasi, Lo Kheng Hong memberikan beberapa pendapat sebagai berikut :
Obligasi
Saya belum pernah membeli obligasi karena obligasi memberikan return yang kecil.
Reksadana
Saya juga tidak menaruh uang saya di reksadana, karena menaruh uang di reksadana artinya uang kita dikelola oleh orang lain. Bagaimana jika manajer investasinya tidak jujur dan tidak kompeten? Uang kita bisa habis semua. Contohnya sudah banyak.
Sebenarnya Lo Kheng Hong memiliki reksadana tetapi hanya sebagai “terminal” sebelum uangnya dibelanjakan di saham. Sumber
Emas
Saya juga tidak pernah membeli emas, karena emas tidak produktif. Jika kita simpan emas 1 kg, maka 10 tahun lagi tetap 1 kg.
Dollar
Dan saya juga tidak membeli dolar. Orang yang menyimpan dolar umumnya mengharapkan hal yang buruk terjadi, krisis ekonomi, negara tidak stabil, agar rupiah melemah dan dia memperoleh keuntungan.
Berbeda dengan orang yang membeli saham, ia akan selalu mengharapkan yang baik yang terjadi, seperti negara aman, ekonomi bertumbuh, dan daya beli meningkat agar harga sahamnya pun ikut meningkat.
Tabungan dan deposito
Saya juga tidak menaruh uang dalam jumlah besar di rekening bank. Hanya secukupnya saja. Buat apa kita taruh uang di bank? Rugi, karena bunganya kecil. Orang yang menaruh uangnya di bank, misalnya di deposito, dengan bunga kecil, dan inflasi yang begitu besar, dia sebetulnya sedang membuat dirinya miskin secara pelan-pelan.
Mungkin banyak yang tanya apakah sekelas Lo Kheng Hong pernah rugi saat berinvestasi saham?
Saya pernah rugi karena margin. Makanya sejak tahun 1998 saya enggak pernah memakai fasilitas margin lagi.
Beliau juga rugi saat membeli saham IPO seperti saat membeli saham PT Gajah Surya Multifinance.
Dan terakhir yaitu saat membeli saham punya prospek bagus tetapi tata kelola dan manajemen yang tidak baik.
Itulah rangkuman lengkap tentang sosok Lo Kheng Hong. Smeoga bermanfaat
Sumber :
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Lo_Kheng_Hong
3. https://news.detik.com/x/detail/intermeso/20180112/Sambil-Ongkang-ongkang-Kaya-Raya/
6. https://ajaib.co.id/ini-dia-daftar-saham-lo-kheng-hong-di-tahun-2020/
7. https://www.lukassetiaatmaja.com/2019/10/lo-kheng-hong-dan-saham-property.html
8. https://www.lukassetiaatmaja.com/2019/10/lo-kheng-hong-dan-saham-bumi-part-2.html