Filosofi Stoic.

Filosofi yang dipegang oleh Raditya Dika terkait kebahagiaan dan ketidakpedulian. Filosofi ini menjadi jawaban Raditya Dika atas pertanyaan Ali Zaenal dalam salah satu video wawancaranya.

Video wawancaranya bisa disimak di bawah ini dan filosofi stoic muncul di menit 01.28

Yang menjadi pertanyaan adalah apa itu filosofi stoic dan apakah kita bisa menggunakan filosofi tersebut dalam kehidupan sehari-hari?

ITSTIME.ID merangkum dari berbagai sumber tentang filosofi stoic  dan sumber bisa dilihat di akhir artikel

Pengertian Filosofi Stoic

Filosofi stoic atau Stoikisme atau stoik berasal dari bahasa Yunani stōïkos, yang berarti “dari stoa [serambi, atau beranda]” (bahasa Yunani: Στοά). Hal ini mengacu pada Stoa Poikile, atau “Beranda Berlukis”, di Athena, dimana filsuf stoik Zeno dari Citium yang berpengaruh besar terhadap stoikisme pernah mengajar.

Filosofi ini didirikan di kota Athena, Yunani, oleh Zeno dari Citium pada awal abad ke-3 SM.

Filsafat kuno ini dianut oleh beberapa filsuf Yunani, seperti Epictetus (seorang mantan budak), Seneca (politisi di era Kaisar Nero), Marcus Aurelius (Kaisar)

Ajaran sekolah atau mazhab Stoa ini sangat luas dan beragam, tetapi dapat disimpulkan bahwa pijakannya adalah meliputi perkembangan logika (terbagi dalam retorika dan dialektika), fisika, dan etika (memuat teologi dan politik).

 Pandangan yang mencolok tentang etika adalah bagaimana manusia memilih sikap hidup dengan menekankan apatheia, hidup pasrah atau tawakal menerima keadaannya di dunia. Sikap tersebut merupakan cerminan dari kemampuan nalar manusia, bahkan kemampuan tertinggi dari semua hal.

Dalam istilah awam stoikisme kadang-kadang disebut sebagai “menderita dalam kesunyian”, dan etika yang terkait dengan hal itu.

Para filsuf Stoic memandang kebahagiaan itu bukan untuk dikejar.  Mereka lebih berfokus untuk bagaimana bisa mengurangi emosi-emosi negatif seperti marah, stres, sedih dan galau.

Dengan memperbaiki nalar, kita mampu mengendalikan perilaku kita dalam menghadapinya. Ketakutan ketika menghadapi peristiwa-peristiwa yang tidak kita harapkan sebenarnya lebih besar daripada akibat-akibat menakutkan yang akan ditimbulkan peristiwa-peristiwa itu sendiri.

Untuk lebih detail penjelasannya bisa menyimak video dari Noe Letto di bawah ini

Cara Membentuk Pola Pikir Stoic

1. Terimalah apa yang tidak bisa diubah dan kendalikan kebahagiaan kita

Dalam kehidupan sehari-hari, ada hal-hal yang tidak bisa dikendalikan, misalnya cuaca dan bencana alam. Jangan menyalahkan diri sendiri karena sesuatu yang tidak bisa diubah. Alih-alih, berfokuslah pada apa yang bisa diubah, misalnya keputusan dan pemikiran Anda.

Menurut filsafat Stoicisme, segala perasaan negatif kita seperti marah, bete, galau dan emosi negatif lainnya itu karena kita menggantungkan kebahagiaan dengan hal-hal di luar kendali kita. Sebaliknya, bahagia itu seharusnya disandarkan dengan sesuatu yang di bawah kendali kita.

2. Biasakan berpikir sebelum berbicara atau memberikan reaksi emosional.

Belajarlah mengendalikan diri dan memahami diri sendiri. Menjalani hidup sesuai filosofi Stoic atau bersikap tawakal bukan berarti tidak berbicara sama sekali sebab hal yang jauh lebih penting adalah membiasakan diri berpikir sebelum berbicara.

3. Jangan khawatir karena memikirkan reaksi orang lain.

Orang lain sebenarnya tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya membuat kita bahagia. Berhentilah terlalu khawatir dengan perkataan orang lain dan mulailah mendengarkan hatimu karena ia lebih tau yang terbaik untukmu.

4. Kita adalah bagian dari semesta, maka hidup harmonislah dengan alam

5. Tidak memperumit suatu masalah

Mereka berpendapat sepanjang suatu hal itu baik dan bermanfaat, maka lakukanlah. Memperumit suatu masalah adalah sumber penderitaan.

Prinsip ini perlu kita terapkan dalam kehidupan di zaman sekarang ini, dimana banyak orang lebih sering berdebat tentang sebuah kebaikan. Namun pada akhirnya, kebaikan yang mereka perbincangkan justru hanya menjadi wacana saja. Sederhanakan saja. Jangan tunggu orang lain untuk melakukan kebaikan, tapi mulailah dari dirimu.

Kesimpulan yang ITSTIME.ID kutip dari web Asief Abdi adalah

Stoicism adalah dikotomi kendali. Dengan memahami dikotomi kendali dan menyadari ada hal-hal yang berada di luar kendali kita dan tidak memedulikannya, kita bisa menerima apa yang terjadi sebagai kehendak alam.

Hanya dengan hidup selaras dengan alam, kita bisa bahagia. Karena itu, kita tidak usah terlalu peduli, lakukan saja apa yang bisa kita lakukan, selebihnya tak perlu dipedulikan, apalagi cocot orang.

Sumber :

1. https://id.wikipedia.org

2. https://id.wikihow.com/Menjalani-Filosofi-Stoik

3. https://www.idntimes.com

4. https://medium.com/@asiefabdi/stoicism-kebahagiaan-dan-ketidakpedulian-dc801744b629

5. https://cdn-image.hipwee.com (Featured Image)

Author: maryati

Seorang bidan

Leave a Reply