Bagi bunda yang memiliki buah hati pasti tidak asing dengan makanan atau susu formula.

Kadang ada yang memang karena kondisi menjadikan bayi kita mengkonsumsi makanan atau susu tersebut.

Kadang juga memang pilihan sendiri karena dirasa lebih praktis.

Pernahkah Ibu membaca tulisan ‘difortifikasi’ atau ‘diperkaya’ pada kemasan makanan atau minuman? Misalnya pada kemasan susu formula, sereal sarapan, tepung, jus buah, dan sebagainya. Biasanya kata ini kemudian akan diikuti oleh jenis zat gizi tertentu.

Apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan fortifikasi pangan?

Apa pula manfaatnya bagi si Kecil dan keluarga Ibu?

ITSTIME.ID mencoba merangkum tentang fortifikasi makanan ini. Sumber bisa dibaca di akhir artikel

Pengertian fortifikasi

Fortifikasi adalah sebuah upaya yang sengaja dilakukan untuk menambahkan mikronutrien yang penting, yaitu vitamin dan mineral ke dalam makanan, sehingga dapat meningkatkan kualitas nutrisi dari pasokan makanan dan bermanfaat bagi kesehatan masyarakat dengan risiko yang minimal untuk kesehatan. (WHO, 2006).

Biasanya fortifikasi dilakukan untuk menambahkan zat gizi yang secara alami tidak ada di dalam makanan atau minuman tertentu. Fortifikasi juga bisa dilakukan untuk mengembalikan suatu zat gizi yang hilang dalam proses pengolahan makanan atau minuman.

Fortifikasi pangan merupakan salah satu bentuk intervensi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan zat gizi mikro masyarakat pada jangka menengah dan panjang.

Tujuan fortifikasi

Fortifikasi dapat diterapkan untuk tujuan-tujuan berikut:

  • Memperbaiki kekurangan zat-zat dari pangan (untuk memperbaiki defisiensi akan zat gizi yang ditambahkan).
  • Mengembalikan zat-zat yang awalnya terdapat dalam jumlah yang siquifikan dalam pangan akan tetapi mengalami kehilangan selama pengolahan.
  • Meningkatkan kualitas gizi dari produk pangan olahan (pabrik) yang digunakan sebagai sumber pangan bergizi misalnya susu formula bayi.
  • Menjamin ekuivalensi gizi dari produk pangan olahan yang menggantikan pangan lain, misalnya margarin yang difortifikasi sebagai pengganti mentega .

Zat gizi yang biasanya difortifikasi

Biasanya yang ditambahkan melalui fortifikasi pangan adalah zat gizi mikro, yaitu vitamin dan mineral. Misalnya susu dan sereal sarapan yang diperkaya dengan vitamin dan mineral.

Manfaat fortifikasi pangan bagi anak

Anak-anak atau bayi membutuhkan asupan gizi seimbang setiap hari dari sumber yang bervariasi untuk mendukung tumbuh kembangnya. Fortifikasi pangan dapat membantu memastikan kebutuhan gizi anak terpenuhi secara optimal dari asupan makan hariannya.

Kekurangan makanan fortifikasi

Walau demikian, makanan yang difortifikasi juga memiliki kekurangan. Bahan pangan ini biasanya sudah melewati banyak pengolahan dan telah dikemas. Proses tersebut akan menambah kandungan lemak, natrium, serta gula di dalamnya.

Anak-anak juga berisiko mengalami kelebihan asupan vitamin dan mineral jika terlalu sering mengonsumsi makanan yang diperkaya. Kelebihan asupan vitamin dan mineral dalam jangka panjang dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan.

Orang dewasa pun bisa mengalami kelebihan asupan zat mikro, terutama bila mereka juga rutin meminum suplemen. Kelebihan vitamin A misalnya, bisa merapuhkan tulang pinggang pada lansia dan mengganggu perkembangan janin pada ibu hamil.

Meski begitu, manfaat dari makanan yang difortifikasi tetaplah lebih besar dibandingkan risikonya. Pasalnya, penambahan zat gizi tidak dilakukan tanpa pertimbangan. Jenis zat gizi untuk fortifikasi juga telah disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat tiap negara.

Makanan-makanan yang bisa difortifikasi 

Menurut FAO pada Technical Consultation on Food Fortification: Technology and Quality Control  di Roma pada tahun 1995, makanan yang difortifikasi idealnya harus:

  • Umumnya dikonsumsi oleh populasi sasaran.
  •  Memiliki pola konsumsi yang konstan oleh msyarakat dan berisiko rendah bila dikonsumsi dalam jumlah berlebih.
  •  Memiliki stabilitas ynag baik dalam penyimpanan.
  •  Relatif rendah dalam baiaya.
  • Diproses terpusat dengan stratifikasi minimal.
  •  Tidak terjadi interaksi anatara fortifikan dengan vehicle.
  • Ketersediannya tidak berhubungan dengan status sosio-ekonomi.
  • Dikaitkan dengan asupan energi.

Contoh makanan yang difortifikasi secara nasional

Pada masa pemerintahan Belanda tahun 1927, diwajibkan fortifikasi garam yang pada saat itu hanya dikelola oleh Perusahaan Negara (PN) Garam di Madura. Pada 1980, mulai dilakukan fortifikasi garam beriodium, MSG dengan vitamin A, dan terigu. Namun, fortifikasi MSG tidak dilanjutkan karena adanya isu dampak negatif dari MSG.

Pada tahun 1994, Presiden menerbitkan Keputusan Presiden No. 69 tahun 1994 tentang mewajibkan iodisasi garam.

Fortifikasi tepung terigu juga ikut diwajibkan melalui Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 153 tahun 2001, tentang Standar Nasional Indoneisa Tepung Terigu.

Pada tahun 2012, ditetapkan SNI 7790:2012 tentang minyak goreng sawit yang difortifikasi sukarela dengan vitamin A

Pemerintah yang terlibat dalam upaya fortifikasi adalah Kementerian PPN/Bappenas didukung oleh Koalisi Fortifikasi Indonesia (KFI), Nutrition International, UNICEF, Kementerian Kesehatan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan POM, dan Badan Standardisasi Nasional.

Contoh negara yang melakukan fortifikasi pangan

RRC : kecap kedele dan kecap ikan difortifikasi dengan zat besi ; tepung terigu dengan zat besi, asam folat, dan vitamin A ; beras dengan zat besi dan direncanakan juga dengan vitamin A.

India : tepung terigu  dengan zat besi, asam folat, dan vitamin B ; gula  dengan vitamin A ;  minyak dan lemak, teh, dan susu dengan vitamin A.

Philipina : fortifikasi  tepung terigu dengan zat besi, asam folat dan vitamin A. Thailand : mie dengan zat besi, yodium dan vitamin A ; beras dengan zat besi, vitamin B1, B2, B6, dan niacin.

Vietnam : kecap ikan dengan zat besi ; gula dengan vitamin A.

Amerika Latin :tepung terigu dan tepung jagung difortifikasi dengan zat besi ; gula dengan vitamin A.

Indonesia : Garam dengan Yodium, tepung terigu dengan zat besi, seng, asam folat, vitamin B1 dan B2, dan minyak goreng dengan vitamin A.

Sumber :

1. https://www.ilmagiindonesia.org/fortifikasi-dan-biofortikasi/

2. https://sahabatnestle.co.id/content/kesehatan/kesehatan-anak/fortifikasi-pangan-apa-sih-maksudnya.html

3. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20190219/1729527/perbaiki-gizi-pemerintah-lakukan-fortifikasi-pangan/

4. https://muchlassains.wordpress.com/2013/06/18/teknologi-pangan-fortifikasi-makanan/

5. https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/makanan-fortifikasi/#gref

6. https://image-cdn.medkomtek.com (Featured Image)

Author: maryati

Seorang bidan

Leave a Reply