Editor : Ahmad Muttaqin

Sebenarnya ITSTIME.ID tidak terlalu menggunakan konsep harga saham sekarang untuk memilih mana perusahaan yang bagus ataupun tidak.

Memang banyak sekali teman-teman investor yang menggunakan PER (Price Earning Ratio) atau PBV (Price to Book Value) untuk membeli saham. Tapi tidak bagi ITSTIME.ID.

Namun kali ini ITSTIME.ID akan memberikan sharing tentang enterprise value (Nanti akan dikutip dari beberapa sumber dan sumber artikel bisa dilihat di bawah artikel).

Apa itu enterprise value?

Dikutip dari web bolasalju, disebutkan bahwa

Enterprise value (atau disingkat EV) adalah salah satu valuasi yang dipakai sebagai cara untuk menimbang nilai ekonomi total perusahaan. Dalam tataran filosofis, EV adalah angka yang menyatakan nilai total bisnis seandainya investor ingin mengakuisisi 100 persen perusahaan itu.

Manfaat menghitung harga suatu perusahaan menggunakan EV adalah karena EV lebih akurat dalam menilai suatu perusahaan (karena memperhitungkan faktor utang perusahaan serta tidak menghitung kas dan setara kas karena saat investor mengakuisisi perusahaan maka semua hak kas menjadi miliknya).

Rumus dari EV ini adalah

EV = kapitalisasi pasar/ market cap + jumlah liabilitas berjalan/total hutang – kas dan setara kas.

Kapitalisasi pasar/ market cap = harga saham x jumlah saham yang beredar.

Inilah contoh kasus yang sederhana dari enterprise value (Diambil dari stockbit an Kevin Jonathan P dan diedit seperlunya)

Contoh 1 (tanpa hutang)

Tony ingin menjual seluruh saham perusahaannya dengan harga Rp. 1000/ saham. Dengan total saham sebanyak 10 juta lembar,maka harga yang harus dibayarkan adalah sebesar Rp. 10 M.

Setelah diteliti kembali, perusahaan Tony memiliki Uang KAS sebesar Rp. 4 M dan tidak memiliki utang. Kas sebesar Rp. 4 M otomatis akan kita dapatkan jika kita membeli perusahaan tersebut. Oleh karena itu, jika kita membeli perusahaan Tony, sebenarnya uang yang kita bayarkan untuk membeli perusahaan ini, bukanlah Rp. 10 M, namun hanya Rp 6 M ( Rp. 10M – Rp. 4 M). Atau harga saham wajarnya adalah Rp 6M : 10juta = Rp 600/lembar.

Contoh 2 (dengan hutang)

Steve ingin menjual perusahaannya dengan harga Rp. 1000/ saham dengan total saham sebanyak 10 juta lembar. Maka harga yang harus kita bayarkan adalah Rp. 10 M. Namun ternyata perusahaan steve ini memiliki utang sebesar Rp. 2 M dan anggaplah perusahaan tersebut sedang tidak memiliki uang kas (sebenarnya hampir ga mungkin sih, tapi hanya untuk contoh saja ).

Dengan utang Rp. 2 M, maka jika kita membeli perusahaannya, utang tersebut akan menjadi utang kita, yang harus kita bayarkan nantinya. Sehingga,untuk memiliki perusahan tersebut, kita bukan hanya harus membayar harga perusahaan itu sebesar Rp. 10 M, namun kita juga harus membayar utangnya juga sebesar Rp. 2 M . Oleh karena itu, harga yang harus kita bayarkan adalah Rp. 12 M (Rp. 10 M + Rp. 2 M).

Gimana? Sudah paham kan konsepnya, Nah sekarang contoh kasus dari suatu emiten yaitu SIDO berdasar Laporan Tahunan 2019.

Kas SIDO 2019

Kapitalisasi pasar SIDO per tanggal 04 April 2020 adalah Rp 18.6 T

Liabilitas SIDO Rp 472.191 M

Kas SIDO Rp 864.824 M

Jumlah saham 15M

Harga per lembar saham Rp 1240

EV = kapitalisasi pasar/ market cap + jumlah liabilitas berjalan/total hutang – kas dan setara kas.

EV = 18.600.000 + 472.191 – 864.824

EV = 18.207.367 

Jika dihitung per lembar saham maka hasilnya 18.207.367/15.000 = Rp 1213

Berarti dengan melihat harga saham saat ini Rp 1240 termasuk mahal jika dibandingkan harga yang seharusnya didapat yaitu Rp 1213.

Gimana? Mau nyoba emiten yang lain dengan rumus di atas?

Sumber :

1. https://bolasalju.com/artikel/edukasi/enterprise-value/

2. https://pintarsaham.id/enterprise-value-dan-penggunaannya-dalam-mengukur-kewajaran-harga-suatu-saham/

3. https://stockbit.com/post/3160359

Author: Ahmad Muttaqin

Penyuka teknologi yang sedang belajar tentang finansial dan terobsesi dengan dunia kesehatan. Hobi mereview makanan juga terutama yang warung under rated.

Leave a Reply