Editor : Ahmad Muttaqin

Halo TIMER yang saat ini sedang hamil.

Kali ini ITSTIME.ID akan membahas tentang keputihan saat hamil. Artikel ini sangat bermanfaat bagi para ibu hamil maupun suami yang mempunyai istri sedang hamil.

===

Saat bunda hamil apalagi ketika hamil muda, pasti akan mengalami banyak sekali keluhan-keluhan yang memang dikarenakan perubahan hormon atau memang perubahan bentuk tubuh.

Salah satu keluhan yang sering dialami oleh ibu hamil adalah keputihan saat hamil. Kemudian akan ada 2 pertanyaan yang sering ditanyakan yaitu

Apakah keputihan saat hamil normal?

Apakah keputihan saat hamil aman bagi ibu dan janin?

Yuk dibahas secara mendalam di ITSTIME.ID.

Apa keputihan itu dan apa penyebabnya terjadi saat hamil?

Keputihan merupakan hal yang normal terjadi pada tubuh wanita, seperti berkeringat atau buang air kecil. Bagi wanita yang tidak hamil, keluarnya keputihan biasanya menandakan vagina mereka sedang membersihkan dirinya sendiri sekaligus melindungi dari risiko infeksi.

Terus bagaimana jika keputihan justru muncul saat hamil?

Saat hamil, leher rahim dan dinding vagina menjadi lebih lembut dari biasanya sehingga menyebabkan produksi lendir vagina menjadi lebih banyak. Produksi lendir dalam jumlah yang lebih banyak dari biasanya ini turut dipengaruhi oleh tingginya kadar hormon estrogen dalam tubuh. Juga dipengaruhi oleh terjadinya peningkatan aliran darah ke area leher rahim, yang terjadi selama masa hamil.

Cairan tambahan yang keluar dari leher rahim ini sebenarnya adalah sisa buangan dari rahim dan vagina, bakteri normal dari vagina dan sel-sel mati dari dinding vagina.

Di masa awal kehamilan, cairan ini memenuhi saluran serviks untuk menciptakan lendir pelindung yang terlihat seperti putih telur. Keputihan dapat mulai muncul sedini dua minggu setelah pembuahan, bahkan sebelum Anda sadar sudah telat menstruasi.

Kondisi ini juga umumnya tetap tergolong wajar jika masih terus berlanjut sepanjang kehamilan. Cairan keputihan biasanya cenderung keluar paling banyak pada trimester akhir kehamilan.

Meski begitu, tidak semua wanita hamil akan selalu mengalami keputihan. Ada beberapa ibu hamil yang mengalami keputihan dalam jumlah lebih banyak dibandingkan sebelum dirinya hamil, ada pula yang tidak.

Dr. Sheryl Ross, seorang pakar kandungan di Pusat Kesehatan Providence Saint John, California, mengatakan bahwa keputihan saat hamil disebut pula dengan leukorrhea.

Keputihan dapat dikatakan aman apabila keputihan berbentuk lendir tipis, berwarna putih susu, dan berbau ringan. Selain itu, keputihan juga mungkin disertai dengan flek putih, berserabut, dan meninggalkan noda kekuningan ketika ia mengering.

Ada beberapa hal penyebab keputihan pada ibu hamil. Misalnya seperti tekanan emosi, hormon, kekurangan nutrisi, dan efek obat-obatan.

Bagaimana cara membedakan keputihan yang normal dan keputihan yang berbahaya/ tidak normal saat hamil?

Cairan keputihan normal seharusnya berupa lendir kental dan lengket berwarna bening atau putih susu jernih, dan tidak berbau menyengat. Jumlah cairan yang keluar biasanya sedikit, tidak sampai membasahi celana dalam.

Semakin tua usia kehamilan Anda, lambat laun volume keputihan juga cenderung makin banyak. Ini bertujuan untuk mempersiapkan tubuh, terutama vagina, menghadapi persalinan.

Namun, ibu hamil harus mewaspadai keputihan yang mengalami perubahan warna. Keputihan dengan warna kuning, hijau, atau abu-abu, bahkan yang disertai dengan bercak darah, dapat menjadi tanda adanya gangguan kehamilan atau gejala infeksi. Selain perubahan warna, keputihan yang tidak normal bisa memiliki bau yang tajam dan disertai dengan gatal atau bengkak pada bagian area vagina.

Bunda sebaiknya segera ke dokter sebab bisa jadi Bunda mengalami infeksi vagina.

Infeksi vagina terjadi ketika kadar asam dan ragi di dalam vagina tidak seimbang. Hal ini dapat menyebabkan kemungkinan ragi tumbuh secara berlebihan sehingga membuat tidak nyaman.

Secara umum, ada tiga jenis infeksi vagina:

1. Bacterial Vaginosis

Meski penyebab pasti ini masih belum diketahui, tetapi infeksi ini rentan terjadi pada seseorang yang memiliki pasangan lebih dari satu atau melakukan hubungan secara oral. Gejala infeksi ini antara lain, jumlah keputihan yang banyak, berwarna abu-abu, encer, dan berbau amis.

Bacterial Vaginosis terjadi ketika perubahan hormon mengakibatkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan pada vagina. Kondisi ini dapat mengakibatkan bayi lahir prematur atau lahir dengan berat badan kurang.  Vaginosis bakterial umumnya disertai dengan gejala:

  • Gatal di sekitar vagina
  • Keluarnya cairan berwarna abu-abu keputihan.
  • Nyeri saat buang air kecil.
  • Jumlah keputihan yang banyak, encer, dan berbau amis.

Terkadang kondisi ini dapat mereda dengan sendirinya. Namun ada kalanya memerlukan pengobatan antibiotik. Jika dibiarkan, infeksi ini dapat menyebar dan menjadi penyakit radang panggul.

2. Trichomoniasis

Infeksi ini disebabkan oleh organisme protozoa. Protozoa bisa bertahan 24 jam pada tampat lembab seperti handuk basak atau peralatan mandi lainnya. Bakteri ini hidup dalam vagina dan ditularkan melalui hubungan seksual. Gejalanya antara lain

  • keputihan yang berbusa atau berbuih
  • muncul cairan berbusa berwarna kuning kehijauan dan berbau busuk,sensasi rasa gatal dan terbakar saat melakukan hubungan seksual.
  • jumlah banyak, dan radang di vagina.

Jika mengalami kondisi-kondisi di atas, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter kandungan dan hindari penggunaan obat-obatan bebas. Waspadai juga jika usia kehamilan Anda belum mencapai 37 minggu tapi terdapat perubahan bentuk dan warna cairan yang keluar dari vagina, misalnya menjadi cair, berdarah, berubah warna menjadi cokelat atau merah muda. Kondisi ini dapat menjadi gejala kelahiran prematur.

3. Monilia

Infeksi Monolia terjadi jika jamur terdapat dalam jumlah banyak dan menyebabkan perubahan keseimbangan pH di vagina. Infeksi ini biasanya bukan karena hubungan seksual, melainkan karena stress, obat KB, diabetes, dan penggunaan antibiotik. Gejala infeksi ini antara lain, jumlah keputihan yang banyak, berwarna putih, kenyal, dan rasa panas di vagina.

4. Infeksi jamur

Peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron juga akan meningkatkan pertumbuhan berlebihan dari Candida, yaitu jamur yang tumbuh alami pada vagina. Jika ini terjadi, Anda dapat mengalami infeksi jamur. Gejala dari infeksi jamur di antaranya:

  • Keluarnya cairan berwarna putih kekuningan, berbau ataupun tidak.
  • Nyeri saat melakukan hubungan seksual.
  • Vagina atau labia memerah dan bengkak.
  • Nyeri dan gatal pada vagina.
  • Vagina terasa terbakar saat buang air kecil.

Penanganan umumnya dilakukan dengan krim atau obat-obatan antijamur.

5. Streptococcus Grup B (SGB)

Bakteri SGB terdapat pada satu dari empat wanita sehat. Namun pada beberapa orang, SGB dapat mengakibatkan infeksi serius. Gejala infeksi ini sama dengan gejala pada infeksi saluran kencing pada umumnya, seperti urine yang berwarna keruh, sensasi terbakar saat buang air kecil, dan mendadak merasa sangat ingin buang air kecil.

Agar infeksi ini tidak menular ke bayi, dokter akan memberikan antibiotik saat ibu menjalani proses persalinan. Sayangnya, tidak ada langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah kondisi ini.

Sebaiknya segera konsultasikan pada dokter bila Bunda mengalami infeksi jenis ini. Sebab infeksi ini berisiko ketuban pecah dini, bayi lahir prematur, dan gangguan berat badan pada ibu hamil.

Itulah pembahasan tentang keputihan saat hamil kemudian cara membedakan keputihan saat hamil yang normal dan tidak normal dan akibat lain keputihan.

Tunggu artikel berikut tentang tips-tips menghindari keputihan saat hamil dan cara mencegah infeksi saat kehamilan di ITSTIME.ID.

Sumber :

1. https://hellosehat.com/

2. https://www.alodokter.com/

3. https://www.alodokter.com/

4. https://id.theasianparent.com/

Author: maryati

Seorang bidan

Leave a Reply