Jika tahun kabisat dimulai dengan bulan Januari, maka tahun Islam atau Hijriah dimulai dengan bulan Muharam.
Di antara dua belas bulan tersebut terdapat bulan-bulan istimewa menurut Allah yang disebut sebagai bulan-bulan haram. Bulan istimewa tersebut berjumlah empat, dan nama-namanya telah dijelaskan di dalam sabda Nabi berikut:
الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
“Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679).
Empat bulan haram yang dimaksud dalam ayat ini adalah Zulkaidah, Zulhijah, Muharam dan Rajab. Dalam bahasa Arab, Muharam bermakna ‘waktu yang diharamkan’. Maksudnya, pada bulan ini manusia dilarang menzalimi diri sendiri dan melakukan perbuatan dosa.
Untuk diketahui, bulan Muharam dijuluki pula sebagai bulan Allah. Sebab, bermakna besar dalam sejarah Islam saat Nabi Muhammad SAW hijrah dari Kota Makkah ke Kota Madinah. Dengan keberkahan yang diberikan oleh Allah SWT pada bulan Muharam, maka kaum muslim dianjurkan menunaikan puasa sunah.
Nah di awal bulan Muharam ini kita disunnahkan puasa 2 hari yaitu di hari ke 8 dan 9. Keutamaan menjalankan puasa Tasua dan puasa Asyura adalah menebus dosa pada setahun sebelumnya.
Selain itu keutamaan puasa pada bulan Muharram berada satu tingkat di bawah puasa Ramadhan. Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA: “Seseorang datang menemui Rasulullah SAW, ia bertanya, ‘Setelah Ramadhan, puasa di bulan apa yang lebih afdhal?’ Nabi menjawab, ‘Puasa di Bulan Allah, yaitu bulan yang kalian sebut dengan Muharram,” (HR Ibnu Majah).
Puasa Tasua dilaksanakan setiap tanggal 9 Muharam. Sedangkan puasa Asyura setiap tanggal 10 Muharam.
Tak hanya puasa Asyura yang dianjurkan, puasa Tasua (hari kesembilan dari bulan Muharam) dan hari kesebelas pun juga diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW untuk berpuasa juga. Hal ini guna membedakan antara ritual ibadah orang muslim dan kaum Yahudi.
Anjuran menjalankan ibadah puasa Tasua dan Asyura pada bulan Muharram berdasarkan sejumlah hadis. Salah satunya adalah hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA berikut ini: “Dari Abdullah bin Abbas RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Kalau sekiranya aku hidup hingga tahun depan, niscaya aku akan puasa pada hari sembilan (Muharram)’ pada riwayat Abu Bakar ia berkata, yakni pada hari sepuluh (Muharam),” (HR Muslim).
1. Bacaan niat puasa Tasua
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء لِلهِ تَعَالَى
Bacaan latin: Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnatit Tasu‘a lillahi ta‘ala.
Artinya: “Aku berniat puasa sunah Tasu‘a esok hari karena Allah SWT.”
2. Bacaan niat puasa Asyura
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ ِعَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى
Bacaan latin: Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnati asyura lillahi ta‘ala.
Artinya: “Aku berniat puasa sunah Asyura esok hari karena Allah SWT.”
Sumber :