Kalo kita mempunyai bayi biasanya yang akan menjadi perhatian utama sekitaran berat badan dan tinggi atau panjang badan. Padahal ada 1 lagi yang seharusnya kita pantau yaitu lingkar kepala bayi.

Apa manfaat mengukur lingkar kepala bayi?

Bagaimana cara mengukur lingkar kepala bayi?

Berapa ukuran normal lingkar kepala bayi?

ITSTIME.ID merangkum dari berbagai sumber tentang lingkar kepala bayi. Sumber berada di akhir artikel.

Apa manfaat mengukur lingkar kepala bayi?

Lingkar kepala bayi harus selalu diukur sesuai dengan usianya untuk mengetahui ukuran tengkoraknya. Wendy Mitchell, MD., dokter anak, neurologi, di Rumah Sakit Anak Los Angeles, mengatakan bahwa ukuran tengkorak bayi mencerminkan pertumbuhan otaknya.

Mengukur lingkar kepala bisa mendeteksi gangguan tumbuh kembang. Salah satu yang bisa dideteksi adalah hidrosefalus (penumpukan cairan di otak) dan mikrosefalus atau kepala kecil, yakni tanda bahwa otak tidak berkembang dengan baik.

Jadi jika otak bayi tidak tumbuh dan berkembang secara normal, lingkar kepalanya mungkin tidak bertambah seperti seharusnya (sesuai dengan usianya).

Otak yang tumbuh terlalu lambat bisa jadi karena otak terluka ketika bayi masih dalam kandungan, yang memiliki anomali, di mana bayi memiliki masalah metabolisme atau indikasi adanya semacam cedera otak.

Di sisi lain, jika tengkorak tumbuh terlalu cepat, itu bisa menjadi tanda adanya masalah seperti hidrosefalus (penumpukan cairan di otak).

Bagaimana cara mengukur lingkar kepala bayi?

Menurut rekomendasi American Academy of Pediatrics, pemantauan  lingkar kepala sebaiknya dilakukan terutama sampai usia 2 tahun.

Untuk mengukur lingkar kepala bayi bukanlah perkara yang mudah, terlebih saat bayi kerap bergerak dan tidak bisa diam saat dilakukan pengukuran.

Pemantauan lingkar kepala sebaiknya dilakukan bersama dengan ukuran ubun-ubun besar. Lingkar kepala diukur dengan pita ukur yang tidak elastis, melingkar dari bagian atas alis, melewati bagian atas telinga, sampai bagian paling menonjol di belakang  kepala.

Setiap diukur, dokter atau bidan akan mencatat dan mengamati hasil pengukuran tiap bulan pada grafik lingkar kepala yang ada di kartu atau buku kesehatan anak (misalnya KMS, yaitu Kartu Menuju Sehat). Ini dilakukan untuk memantau tumbuh kembang Si Kecil, melalui ukuran lingkar kepalanya.

Hasil dari lingkar kepala juga bisa dicatat di aplikasi Primaku. Baca manfaat aplikasi Primaku ini untuk pertumbuhan buah hati kita

Pantau Kesehatan, Imunisasi Dan Perkembangan Balita Anda Dengan Aplikasi PrimaKu IDAI

Berapa ukuran normal lingkar kepala bayi?

Berikut ini adalah ukuran lingkar kepala bayi perempuan normal:

  • Usia 0-3 bulan: 34-39,5 cm. Jika pada bulan ke-3 ukuran lingkar kepala bayi lebih kecil dari 38 cm atau lebih besar dari 41 cm, maka bisa jadi pertanda adanya masalah kesehatan.
  • Usia 3- 6 bulan: 39,5-42 cm. Lingkar kepala bayi usia 6 bulan dapat dikatakan tidak normal jika kurang dari 41 cm atau lebih dari 43,5 cm.
  • Usia 6-12 bulan: 42-45 cm. Lingkar kepala bayi terbilang tidak normal jika bayi usia 12 bulan, pertumbuhan lingkar kepalanya di bawah 44,5 cm atau lebih dari 46 cm.

Sementara, lingkar kepala normal pada bayi laki-laki adalah:

  • Usia 0-3 bulan: 34,5-40,5 cm. Lingkar kepala bayi terbilang tidak normal jika bayi usia 3 bulan, ukuran lingkar kepalanya kurang dari 39,5 cm atau lebih dari 42 cm.
  • Usia 3-6 bulan: 40,5-43 cm. Jika pada bulan ke-6 lingkar kepalanya masih kurang dari 42 cm atau lebih dari 45 cm, maka bisa jadi bayi menderita masalah kesehatan.
  • Usia 6-12 tahun: 43-46 cm. Lingkar kepala yang tidak normal saat bayi berusia 12 bulan adalah kurang dari 45 cm atau lebih dari 49,5 cm.

Bagaimana kalo ternyata lingkar kepala tidak sesuai? Terlalu besar atau terlalu kecil

Jika dilakukan pengukuran dan diketahui lingkar kepala bayi kecil, ada kemungkinan jika Si Kecil mengalami lingkar kepala bayi yang kecil atau mikrosefali.

Mengutip Centers for Disease Control and Prevention, mikrosefali dapat terjadi karena otak bayi belum berkembang dengan baik selama kehamilan atau telah berhenti tumbuh setelah lahir, yang menghasilkan ukuran kepala yang lebih kecil.

Mikrosefali dapat menjadi kondisi yang terisolasi, yang berarti bahwa kondisi ini dapat terjadi tanpa cacat lahir utama lainnya, atau dapat terjadi dalam kombinasi dengan cacat lahir utama lainnya.

Dalam Journal of American Academy of Peditrics, para peneliti dari Universitas Bristol dan Glasgow menemukan bahwa sebagian besar anak-anak (lebih dari delapan dalam sepuluh, 85 persen) yang memiliki kepala sangat kecil terus berkembang secara normal.

Jika dilakukan pengukuran dan diketahui lingkar kepala bayi besar, ada kemungkinan jika Si Kecil mengalami lingkar kepala bayi yang besar atau makrosefali.

Ketika bayi dengan kepala besar memiliki riwayat keluarga dengan ukuran kepala lebih besar dari rata-rata, dokter akan mendiagnosis dengan makrosefali familial jinak.

Bayi dengan kondisi makrosefali familial jinak tidak akan mengalami gejala lain selain kepala besar dan tidak akan memiliki masalah kesehatan tambahan.

Namun, ada beberapa penyebab potensial makrosefali yang membutuhkan perhatian medis, salah satunya adalah penumpukan cairan di otak. Cairan ekstra dapat memberi tekanan pada otak, meningkatkan risiko banyak komplikasi kesehatan

Pemeriksaan lebih lanjut pada kasus makrosefali termasuk seperti CT scan atau ultrasound, yakni guna memeriksa hidrosefalus (cairan ekstra di sekitar otak). Jangan dulu panik, hidrosefalus memiliki tingkat keparahan sesuai dengan jumlah cairan yang ditemukan..

Sumber :

1. https://www.popmama.com

2. https://www.orami.co.id/

3. https://www.idai.or.id/

4. https://www.alodokter.com/

5. https://www.haibunda.com/

Author: maryati

Seorang bidan

Leave a Reply